Sebagai ibukota Propinsi Kalimantan Barat, Kota Pontianak termasuk Kubu Raya memiliki cukup banyak objek wisata dan budaya, terutama tempat wisata religi bagi wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Salah satunya adalah bangunan Vihara yang memiliki nilai sejarah dan keunikan tersendiri.
Keberadaan Vihara, selain dapat dijadikan sebagai tempat kebaktian, juga memiliki daya tarik wisata yang jika dikembangkan dengan baik, dapat meningkatkan pendapatan asli daerah.
Pemerintah daerah dapat memanfaatkan potensi wisata yang sudah ada ini, agar wisatawan bisa tinggal lama menikmati keharmonisan umat beragama, termasuk keindahan alam, berikut beragam kuliner, dan lainnya.
Ada banyak sekali bangunan Vihara di Kota Pontianak dan Kubu Raya yang dapat dikunjungi wisatawan. Untuk melihat lebih dekat Vihara, berikut disajikan sekilas mengenai tempat ibadah bagi umat Buddha tersebut.
Vihara Bodhisatva Karaniya Metta
Vihara Bodhisatva Karaniya Metta merupakan tempat ibadah umat Buddha tertua yang terletak di Jalan Sultan Muhammad, Kelurahan Darat Sekip, Kecamatan Pontianak Selatan, Kota Pontianak.
Vihara yang terletak di tepian Sungai Kapuas ini, dibangun pada tahun 1829 dan di rehab permanen pada 1906. Vihara Bodhisatva Karaniya Metta merupakan gabungan dari 3 bangunan beribadah.
Saat menginjakkan kaki di Vihara ini, para pengunjung akan melihat gapura berhias warna merah, dan ucapat selamat datang menyambut pengunjung. Di dalam ruang utama Kelenteng, terdapat tempat dupa yang dibawa oleh raja Khang Hie (1662-1722) pada tahun 1673 masehi.
Ada beberapa bagian dalam bangunan Vihara yang mempunyai makna serta sejarah tersendiri seperti Pot sembahyang dewa Langit Bumi, bertarihk tahun 1673 M. Yakni pada masa di Mancuria bertahta raja Khan hi (1662-1722).
Maha Vihara Maitreya
Maha Vihara Maitreya terletak di Jalan Ahmad Yani 2 (Arteri Supadio), Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat. Vihara ini dibangun pada tahun 2.000 dan peresmiannya dilaksanakan pada tahun 2013. Acara peresmian berlangsung sangat meriah, dihadiri lebih dari 5.000 umat Budha Maitreya dari berbagai daerah se-Indonesia, termasuk umat Maitreya dari Taiwan dan beberapa tamu luar negeri lainnya.
Maha Vihara Maitreya ini menjadi destinasi wisata religi yang ramai dikunjungi wisatawan. Walaupun pada dasarnya bangunan Vihara ini merupakan tempat suci umat Buddha Maitreya, namun umat agama lain juga diperbolehkan untuk berkunjung.
Ciri khas yang ditampilkan Maha Vihara Maitreya adalah pratima Buddha Maitreya raksasa yang selalu memberikan senyuman bahagia, dan ramah, melambangkan cinta kasih universal bagi semua makhluk.
Selain pratima Buddha Maitreya, juga terdapat pratima Bodhisatva Satya Kalama (Kwan Kong), Buddha Amitabha, dan Bodhisatva Avalokitesvara (Kwan Yin Phu Sa).
Di vihara ini, pengunjung juga akan menemukan restoran dan kafe yang menyajikan variasi makanan vegatarian. Keberadaan Maha Vihara Maitreya ini merupakan wadah untuk mengembangkan persaudaraan, kerukunan, keharmonisan antar umat beragama, dengan misi sucinya mewujudkan Dunia Satu Keluarga.
Pada waktu-waktu tertentu, Maha Vihara Maitreya ini menjadi tempat digelarnya festival dan berbagai acara kesenian dan budaya khas Maitreya, yang dipadati pengunjung dari berbagai kalangan.
Sebagai pusat kesenian, Vihara ini juga memiliki kalender event tersendiri, seperti perayaan Imlek dan Cap Go Meh, perayaan Trisuci Waisak, dan hari besar Buddhisme Maitreya.
Maha Vihara Maitreya setiap hari melaksanakan puja bakti 3 kali, yakni pukul 06.00 pagi, pukul 12.00 siang, dan pukul 18.00 sore.
Bagi pengunjung yang datang di Maha Vihara Maitreya, diwajibkan senantiasa menjaga kebersihan, kesopanan, dan etika moral.
Vihara Dharma Bakti Sei Kakap
Vihara Dharma Bakti yang terletak di Tengah Laut, Desa Sei Kakap, Kecamatan Sei Kakap, Kabupaten Kubu Raya ini dibangun pada tahun 1975.
Awalnya bangunan Vihara ini didirikan pada tahun 1970, yang saat itu masih merupakan sebuah bangunan Bagan tempat menangkap ikan, dan oleh Nelayan Tionghoa dibuatkan tempat bersembahyang berukuran kecil. Kemudian pada tahun 1973, oleh umat Tao setempat berinisiatif memperlebar dengan membangun Vihara di tengah lautan lepas, berukuran 20×20 meter menghadap ke arah Timur atau arah terbitnya matahari.
Proses pembangunan memakan waktu kurang lebih dua tahun karena bahan bangunan untuk mendirikan pondasi Vihara harus diangkut satu-satu menggunakan perahu klotok dari dermaga Sei Kakap menuju ke Tengah laut yang jaraknya sekitar lebih kurang 6 km.
Vihara Dharma Bakti ini mempunyai 4 ruangan, masing-masing pintu ruangan berhiaskan lukisan Dewa, diantaranya Dewa Qin Qiong, Dewa Yuchi Gong, dan Yu Lei. Dewa utama Vihara ini adalah Guan Yu atau dikenal dengan sebutan Kwan Kong (Satya Kalama).
Bagi para nelayan setempat saat malam hari, bangunan Vihara Dharma Bakti menjadi salah satu petunjuk arah keberadaan muara Sungai Kakap.
Bangunan Vihara Dharma Bakti ini, dibuat dari kayu belian yang sangat kuat. Atap bangunan berwarna merah sementara dinding kayu dicat warna biru.
Pintu bagian depan berhiaskan sepasang Burung Phionix, sedangkan pintu belakang berhiaskan sepasang Naga. Didalam bangunan Vihara terdapat ruang tamu dan enam tempat tidur bersusun untuk tamu. Selain itu, pada sisi kanan juga terdapat dapur dan di belakangnya ada toilet. (Rio Dharmawan)