Jakarta – Sejarawan sekaligus dosen di Universitas Indonesia (UI) Noor Fatia Lastika mengatakan masyarakat dapat meniru konteks kekinian dari sosok pahlawan-pahlawan nasional, salah satunya ialah sikap berbuat tanpa ingin dipuji.

“Menurut saya, sikap berjuang tanpa pamrih dan tidak ingin dipuji karena berbuat sesuatu relevan sekali ditiru oleh semua orang saat kini terutama generasi muda,” kata Noor Fatia Lastika saat dihubungi di Jakarta, Rabu.

Ia menyakini para pahlawan dahulunya dalam berjuang, merebut, mengusir dan mempertahankan serta mengisi kemerdekaan tidak pernah memikirkan suatu saat akan menjadi Pahlawan Nasional.

Para pahlawan dahulunya betul-betul berjuang tanpa memikirkan di kemudian hari akan dipuji, dikenang apalagi disematkan gelar Pahlawan Nasional. Namun, mereka melakukan itu semua atas kecintaan pada Ibu Pertiwi.

“Jadi intinya mereka melakukan itu karena sesuatu yang benar, suatu hal tepat untuk dilakukan dan akan membawa dampak yang besar bagi bangsa,” katanya.

Terkait penganugerahan gelar pahlawan bagi enam tokoh pada Hari Pahlawan 10 November 2020 di Istana Negara, Fatia mengatakan hal itu merupakan momentum yang pas bagi ahli waris dan masyarakat secara umum untuk menunjukkan masa kejayaan yang pernah ada.

Secara spesifik, ia mencontohkan kisah-kisah heroik yang pernah dilakukan oleh Sultan Baabullah dari Kesultanan Ternate yang baru saja menerima gelar pahlawan nasional.

Pahlawan nasional asal Maluku Utara bernama lengkap Sultan Baabullah Datu Syah tersebut menerima penghargaan bersama lima tokoh lainnya yakni Machmud Singgirei Rumagesan asal Provinsi Papua Barat, Raden Mattaher bin Pangeran Kusen bin Adi, Mr Sutan Mohammad Amin Nasution, Arnold Mononutu dan Jenderal Polisi Purnawirawan Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo.