Museum Pustaka Peranakan Tionghoa Luncurkan Piagam Penghargaan untuk Pelestari Budaya Peranakan Tionghoa, Pertama untuk Sri Sultan HB X
InhuaOnline – Museum Pustaka Peranaka Tionghoa (MPPT) yang didirikan Ir. Azmi Abubakar meluncurkan program baru, yaitu pemberian Piagam Penghargaan kepada para pelestari budaya peranakan Tionghoa di Indonesia sebagai bentuk apresiasi dan penghormatan.
“Melalui penghargaan ini, Museum ingin memberikan apresiasi kepada para pelestari Budaya Peranakan Tionghoa di Indonesia, baik itu tokoh, budayawan, seniman sampai dengan organisasi, komunitas kesehatan hingga kuliner,” terang Azmi.
Penghargaan pertama diberikan kepada Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X yang diserahkan langsung oleh Azmi selaku pendiri MPPT, dalam acara pembukaan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) ke-20 pada Jum’at (6/2) malam di Titik Nol Kilometer Yoygakarta.
“Melalui penghargaan ini, Museum ingin memberikan apresiasi kepada para pelestari Budaya Peranakan Tionghoa di Indonesia, baik itu tokoh, budayawan, seniman sampai dengan organisasi, komunitas kesehatan hingga kuliner,” terang Azmi.
Penghargaan pertama diberikan kepada Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X yang diserahkan langsung oleh Azmi selaku pendiri MPPT, dalam acara pembukaan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) ke-20 pada Jum’at (6/2) malam di Titik Nol Kilometer Yoygakarta.

Azmi menjelaskan latar belakang penyerahan piagam tersebut karena perhatian tinggi Sri Sultan terhadap pelestarian budaya Peranakan Tionghoa-Mataram. Salah satunya, dengan dukungan terhadap pelaksanaan PBTY sebagai rangkaian acara perayaan Imlek di Yogyakarta, yang tahun 2025 ini telah berlangsung untuk ke-20 kalinya.
“PBTY ini kegiatan yang sangat meriah. Boleh jadi ini satu yang terbesar di Nusantara, karena berlangsung selama 7 hari dan melibatkan beragam latar belakang peserta, tak hanya dari dan untuk orang Tionghoa saja. Nuansa bhineka tunggal ika sangat terasa sekali,” ungkap Azmi.
Lebih jauh, Azmi menyatakan jika Sri Sultan juga memiliki pengetahuan yang begitu dalam terhadap sejarah Peranakan Tionghoa di Indonesia.

“Museum MPPT menyimpan tulisan Sri Sultan berjudul “Napak Tilas Para Pendahulu”, di mana beliau menjelaskan mulai dari keberadaan lembaga pendidikan legendaris, Tiong Hoa Hwee Koan (berdiri 1901) sampai kepada perihal sosok pejuang masa revolusi kemerdekaan yang bernama Kho Sien Hoo, selaku Komandan Tertinggi Laskar Rakyat Magelang dan Kedu yang bersama Badan Keamanan Rakyat melawan Tentara Inggris-Gurkha dan Nica di Palagan Ambarawa,” tambah Azmi.
“Jadi rasanya tepat sekali jika piagam penghargaan MPPT ini diberikan pertama kali kepada Sri Sultan Hamengku Buwono X selaku Tokoh Pelestari Budaya Tionghoa-Mataram,” tegas Azmi.